Pages

Cerianya kami

Keceriaan para guru n karyawan dalam suasana outbound

Inilah kebersamaan

Indahnya kebersamaan, bisa kumpul bareng, ceria n bersendau gurau.

Semangat terus donk

Pegang terus ustadzah... hati2 jangan ampe mrucut lho..!?

Ceria wajah kami

Kenang-kenangan dengan foto bersama

Kekompakan

Hati-hati ada tanjakan, pegang erat-erat ya..!? (^,^)b

Rabu, 13 Juni 2012

Perpisahan Kecil

Pada Hari Sabtu, tepatnya tanggal 9 juni 2012 pada pukul 10.00 WIB, nilai UN tingkat SD di umumkan secara resmi. Seluruh siswa SD kelas VI menyambutnya dengan penuh rasa deg degan, tidak terkecuali semua siswa SDIT Al-Khairaat Jogja, dengan penuh harap harap cemas menantikan detik-detik diumumkannya Hasil UN. Setelah saatnya tiba, hasilnyapun diterima, Rasa senang terpancar di wajah mereka. Seluruh siswa SDIT Al-khairaat dinyatakan "LULUS".

Sehari sebelum pengumuman itu, sekolah mengadakan acara spesial untuk anak-anak kelas 6. Sebuah acara, sebut saja acara "Perpisahan kecil"... ^_^
sebuah acra makan makan di Rumah makan "BALE AYU" Jl Imogiri timur. acara ini di hadiri oleh semua anak kelas 6, kecuali Ali yang gak bisa dateng karena ada acara ke Gontor bersama ortunya. Selain itu,ada Ustazah Hanifah yang menggantikan ibu wali kelas yaitu bu Eti yg tidak bisa hadir karena putri kecilnya,Rara, sedang sakit. Tak ketinggalan juga ada pak amri yang siap sebagai tukang potonya,,, ^_^. Dalam acara "Perpisahan kecil" itu, di isi oleh Pak Wawan yang sejak awal selalu mendampingi dan memberi motivasi anak2 untuk terus berprestasi, "bermimpi", dan bersemangat meraih impian itu.

inilah beberapa poto yang berhasil diambail dalam acara tersebut.......


Rabu, 06 Juni 2012

Persiapan Wisuda Angkatan V dan Pentas Seni Tutup Tahun Ajaran 2011/2012

Di Akhir tahun ajaran 2011/2012 ini Keluarga besar SDIT Alkhairaat akan menyelanggarakan acara Akhirussanah, yaitu Wisuda kelas VI angkatan ke V dan Pentas seni dari setiap kelas. Acara ini terselenggara atas kerjasama Keluarga besar SDIT Alkhairaat  dengan Komite sekolah, yang didukung oleh Yayasan yang menaunginya, yaitu YPDS Al-Khairaat Yogyakarta. Acara ini rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 23 Juni 2012 di Gedung Serbaguna kompleks Fish Market Jogja.

Pada Acara pentas seni ini, akan menampilkan berbagai pertunjukan kesenian dan keterampilan dari seluruh siswa SDIT SDIT Alkhairaat  dari kelas I sampai kelas VI. Masing masing kelas akan manampilkan bentuk kesenian mereka, di antaranya adalah pentas nyanyi, gerak dan lagu, tari tradisional, drama, nasyid, Puisi, dan berbagai bentuk kesenian lainnya. Satu yang istimewa di tahun ini yaitu adanya pementasan musik tradisional nusantara oleh seluruh siswa kelas IV. mereka akan menampilkan midley lagu wajib dan lagu daerah dengan alat musik Angklung.

Berikut ini adalah beberapa dokumentasi Persiapan Wisuda Angkatan V dan Pentas Seni Akhir Tahun Ajaran 2011/2012

Latihan Musik Angklung kelas IV







All Photo: by Mr.Amr

Minggu, 03 Juni 2012

Sekolah Kita, Sekolahnya Manusia ?


Dan tugas manusia selanjutnya pula untuk terus menggali jenis kecerdasan lainnya yang merupakan potensi manusia yang patut untuk diketahui dan optimalkan pengembangan dan pemanfaatannya
(diambil dari Yessy Yanita Sari, artikel Muhammad SAW Inspirator Kecerdasan Majemuk).
Bulan Desember, seperti biasa bulan sibuk bagi SDIT-SDIT untuk mulai mempersiapkan agenda rutin tahunan yaitu kegiatan penerimaan murid baru (PMB). Panitia PMB yang terbentuk seperti biasanya juga mulai menyiapkan strategi-strategi terbaik untuk dapat menarik calon murid. Mulai dari brosur, spanduk, mungkin sampai kelas coba gratis diupayakan menjadi bagian kemasan promosi sekolah. Pernahkah terpikir oleh kita kegiatan rutin ini sangat mungkin menjadi momen untuk bersegera meng’intip’ ke sekolah lain dan dengan teknologi ATM (amati, tiru & modifikasi) menjadikannya inovasi bagi sekolah kita. Terlebih menjadi hal yang wajar jika calon orang tua murid pasti bertanya apa kelebihan sekolah kita ? apa yang membedakan dari sekolah lain ? .

Tulisan pada artikel ini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran yang telah tersampaikan pada artikel pertama (sekolah inovasi) dan kedua (Muhammad SAW Inspirator Kecerdasan Majemuk).
Diawali dari bersemangat dan serunya membaca buku sekolahnya manusia Munif Chatib, terjadi pergulatan refleksi yang menuntut untuk segera dipetakan dan dijawab, ada di mana sekolah kita ? sekolah manusia ? atau jangan-jangan sudah jadi sekolah robot ? sekolah unggulkah ? atau unggul karena memang sudah sewajarnya unggul karena muridnya telah dipilih oleh tes yang beraneka ragam?
Sekolah unggul, mungkin itulah yang selalu kita visikan bersama ketika kita mendapat amanah mengelola sebuah sekolah. Tentu dengan mulai membuatkan definisi dari sekolah unggul yang kita ingin capai, bahkan mungkin secara sistematis kita tuliskan di dalam rencana strategis sekolah kita berikut dengan tahun pencapaian dan indikator keberhasilannya.
Secara umum di masyarakat difahami sekolah unggul adalah sekolah dengan indikator kelulusan ujian nasional yang sangat memuaskan. Dibuktikan dengan perolehan peringkat atas untuk wilayah kota, provinsi bahkan nasional. Dan biasanya pula bahwa siswa disekolah tersebut adalah siswa pilihan.artinya konsep yang ditawarkan adalah the best input dan the best out put.
Membaca buku sekolahnya manusia Munif Chatib seperti menyemangati kita untuk kemudian menoleh ke sekolah kita dan mulai mempertimbangkan tawaran-tawaran yang tertulis di dalam buku. Dikarenakan di buku ini konsep sekolah unggul yang secara umum dipahami telah dibantah dengan menawarkan hal-hal berani di luar kebiasaan umum.
Paling tidak terdapat tiga tawaran menarik dalam buku ini untuk dapat diadopsi dan dikembangkan sebagai bentuk inovasi bagi sekolah kita. Tiga tawaran tersebut adalah konsep sekolah unggul, MIR sebagai alat tes bagi calon siswa, dan penempatan siswa di kelas berdasarkan kecenderungan gaya belajar siswa.
Tawaran pertama yaitu konsep sekolah unggul. Munif Chatif menawarkan sekolah unggul bukanlah sekolah yang berkonsep the best input maka akan the best out put, tetapi the best process maka akan the best out put. Konsekuensi ketika kita akan mengadopsi ini adalah sekolah harus dapat menjaminkan mutu standar proses pembelajarannya. Untuk menjalankan hal tersebut sekolah dapat membuat sebuah prosedur yang mengatur, mengawasi, mendampingi, mengevaluasi dan menyarankan kepada guru sebagai fasilitator pembelajaran dari proses merencanakan sampai dengan mengevaluasi pembelajaran.
Tawaran kedua yaitu multiple intelligences research (MIR) sebagai alat tes bagi calon siswa. Hasil tes bukanlah untuk menentukan seorang anak diterima atau tidak diterima sebagai siswa di sebuah sekolah. Hasil tes dan wawancara berupa grafik potensi kecerdasan majemuk siswa dan narasi saran pelayanan yang dapat diberikan sekolah kepada siswa untuk mengoptimalkan kecerdasannya. Hasil tes merupakan informasi penting bagi sekolah untuk penempatan siswa di dalam kelas.Informasi juga dapat digunakan oleh guru untuk memberikan pelayanan terbaik agar pengalaman belajar yang didapat sesuai dengan kecenderungan gaya belajarnya.
Tawaran ketiga yaitu siswa dibagi dalam kelas sesuai dengan kecenderungan gaya belajarnya. Konsekuensi dari hal tersebut adalah jumlah siswa di setiap kelas tidak sama tetapi bergantung hasil tes MIR dan wawancara calon siswa. Kelebihan dari pengelompokkan ini adalah sekolah dan guru sangat mudah karena dapat merencanakan dan memilih kegiatan pembelajaran sesuai dengan kecenderungan gaya belajar siswa di kelas tersebut sehingga siswa memiliki pengalaman belajar bermakna.Perencanaan dan pemilihan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kecenderungan gaya belajar siswa akan menjadikan proses menerima, mengolah, menyimpan dan menyampaikan kembali pada siswa akan menjadi optimal. Dan dengan guru yang menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa maka keinginan untuk mengembangkan potensi kecerdasan majemuk siswa semakin terbuka.
Lalu ….di mana sekolah kita hari ini ? Bersemangat mengadopsinya ? tantangan apa yang mungkin kita hadapi ? Peluang yang dapat kita manfaatkan untuk menjawab ancaman yang ada? Inovasi seperti apa yang dapat kita buat untuk sekolah kita ?Tentu semuanya pasti memiliki jalan, selama ada niat yang baik, dilakukan dengan cara-cara yang baik, maka hasilnya Insya Allah akan luar biasa.

Oleh : Endah Tri Kusumawati, M.Pd

Pendidikan Berbasis Karakter


Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat dinamis, selalu bergerak, selalu terjadi perubahan dan pembaharuan. Sekolah seolah terus berpacu memunculkan dan mengejar keunggulannya masing-masing. Memasuki Era Globalisasi menjadi satu tantangan tersendiri bagi pengelola pendidikan untuk menyesuaikan kurikulum dan sarana pendidikan mereka dengan berbagai teknologi canggih agar bisa menghasilkan siswa yang mampu bersaing di Era ‘Global Village’.
Ditengah begitu semangatnya berbagai lembaga pendidikan mengejar keunggulan teknologi, terbersit satu pertanyaan, ‘sebesar itu jugakah semangat kita untuk mengejar keunggulan karakter siswa-siswa kita?’
Mengapa Karakter?

Beberapa hadits berikut menunjukkan betapa pentingnya sekolah-sekolah kita untuk memperhatikan masalah pembentukan akhlak pada anak-anak didiknya:
innama bu’itstu liutammima makaarimal akhlaaq
Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. (HR Malik)
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Sekolah adalah tempat yang sangat strategis bahkan yang utama setelah keluarga untuk membentuk akhlak/karakter siswa. Bahkan seharusnya setiap sekolah menjadikan kualitas akhlak/ karakter sebagai salah satu Quality Assurance yang harus dimiliki oleh setiap lulusan sekolahnya.
Tentunya kita semua berharap siswa-siswi yang dididik di sekolah kita menjadi hamba Allah yang beriman, sebagaimana pemerintah kita mencanangkan dalam Pasal 3 UU No. 20/2003, bahwa:
‘Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab’. Dan sekarang resapilah hadits berikut:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka.” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Jika ternyata baiknya akhlak menjadikan sempurnanya iman, maka tidak ada alasan bagi sekolah kita untuk menomor duakan keseriusan dalam upaya pembentukan akhlak/karakter dibanding keseriusan mengejar keunggulan teknologi. Bahkan yakinlah, bahwa jika anak didik kita memiliki akhlak/karakter yang baik, insya Allah merekapun akan lebih mudah kita pacu untuk mengejar prestasi lainnya.
Tak kurang, para peneliti, dan tokoh kelas dunia pun dengan jelas ikut menyuarakan pentingmya masalah pembentukan karakter ini:
Theodore Roosevelt, mantan presiden USA yang mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat).
Mahatma Gandhi memperingatkan tentang salah satu dari tujuh dosa fatal, yaitu “education without character” (pendidikan tanpa karakter)
Beberapa hasil penelitian dan survey berikut mungkin akan membuat dahi kita berkerut:
90% anak usia 8-16 tahun telah buka situs porno di internet. Rata-rata anak usia 11 tahun membuka situs porno untuk pertama kalinya. Bahkan banyak diantara mereka yang membuka situs porno di sela-sela mengerjakan pekerjaan rumah (Ketua Umum Badan Pengurus Nasional Asosiasi Warung Internet Indonesia, Irwin Day. 25 Juli 2008. Media Indonesia)
Herien Puspitasari (Disertasi Doktor IPB), mempublikasikan hasil penelitiannya di Kompas Cyber Media 18/05/2006). Dalam penelitiannya yang dilaksanakan pada tahun 2002-2003, dengan menggunakan responden sejumlah 667 siswa (550 siswa Sekolah Negeri & 117 siswa Sekolah Swasta), 540 putra dan 127 putri, semuanya berasal dari siswa kelas 2 SMA dan SMK di Bogor. Mendapatkan hasil yang mencengangkan: Dari 667 responden tersebut, tidak kurang 10 persen para responden sudah melakukan hubungan seks bebas!
Jumlah pengguna narkoba di lingkungan pelajar SD, SMP, dan SMA pada tahun 2006 mencapai 15.662 anak. Rinciannya, untuk tingkat SD sebanyak 1.793 anak, SMP sebanyak 3.543 anak, dan SMA sebanyak 10.326 anak. Dari data tersebut, yang paling mencengangkan adalah peningkatan jumlah pelajar SD pengguna narkoba. Pada tahun 2003, jumlahnya baru mencapai 949 anak, namun tiga tahun kemudian atau tahun 2006, jumlah itu meningkat tajam menjadi 1.793 anak .
Tentunya masih banyak data dan fakta lain yang bisa kita ungkap. Tapi data-data di atas cukup mewakili bagaimana potret anak usia sekolah di negeri ini.
Menurut Thomas Lickona (1992), tanda-tanda kehancuran suatu bangsa antara lain:
1. Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja
2. ketidak jujuran yang membudaya
3. semakin rendah rasa tidak hormat kepada kedua orang tua, guru dan figure pemimpin,
4. meningkatnya kecurigaan dan kebencian
5. penggunaan bahasa yang memburuk
6. penurunan etos kerja
7. menurunnya rasa tanggung-jawab individu dan warga negara
8. meningginya perilaku merusak diri
9. semakin kaburnya pedoman moral.
Jika kita cermati satu persatu tanda-tanda kehancuran di atas, berapa point yang sudah muncul di bangsa kita? Sepertinya kita sepakat bahwa seluruhnya sudah tampak di bangsa kita!
Akankah bangsa kita mengalami kehancuran? Jawabannya adalah ‘YA’ bila bangsa kita tidak melakukan perbaikan. Dan kita para pengelola sekolah dan para pendidik harus ikut melakukan langkah perbaikan. Inilah peran strategis yang harus kita ambil, MELAKUKAN PEMBINAAN AKHLAK UNTUK MENGHINDARKAN BANGSA DARI KEHANCURAN!
Peran Sekolah
“FithrataLlahil latii fatharan naasa ‘alaiha. Laa tabdiila likhalqiLlah.”
“…(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah…” (Ar Rum:30)
“Ilmu diperoleh dengan belajar, dan sifat santun diperoleh dengan latihan menjadi santun.” (HR Bukhari)
Pendidikan menurut Pasal 1 Butir 1 UU 20/2003: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”
Pengertian Pendidikan Karakter
Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Sedangkan menurut Imam Ghazali karakter adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan fikiran. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Membentuk karakter tidak semudah memberi nasihat, tidak semudah member instruksi, tetapi memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan, sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits yang telah dikutip sebelumnya:
“Ilmu diperoleh dengan belajar, dan sifat santun diperoleh dengan latihan menjadi santun.” (HR Bukhari)
Sehingga proses pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, nilai-nilai moral.
Pendidikan Karakter pada Sekolah Islam Terpadu (SIT)
Sekolah Islam Terpadu menjadikan pendidikan karakter sebagai pilar utama dalam proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu, SIT mengembangkan prinsip-prinsip pendidikan sebagai berikut:
1. Menjadikan Islam sebagai landasan filosofis.
2. Mengintegrasikan nilai Islam ke dalam bangunan kurikulum.
3. Menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran untuk mencapai optimalisasi proses belajar mengajar.
4. Mengedepankan qudwah hasanah dalam membentuk karakter peserta didik.
5. Menumbuhkan biah solihah dalam iklim dan lingkungan sekolah: menumbuhkan kemaslahatan dan meniadakan kemaksiatan dan kemungkaran.
6. Melibatkan peran-serta orangtua dan masyarakat dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
7. Mengutamakan nilai ukhuwwah dalam semua interaksi antar warga sekolah.
8. Membangun budaya rawat, resik, rapih, runut, ringkas, sehat dan asri.
9. Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalu berorientasi pada mutu.
10. Menumbuhkan budaya profesionalisme
Nilai-nilai Islam menjadi inspirasi dan sekaligus pemandu utama dalam penyelenggaraan pendidikan di SIT. SIT meyakini bahwa pendidikan Islam akan mampu:
1. Membentuk sikap dan kepribadian yang kuat berdasarkan prinsip-prinsip nilai keilahiyahan. Dengan aqidah yang benar, seorang muslim akan mampu menunjukkan sikapnya yang tegar, tsabat, istiqomah dan selalu berfihak dan membela al Haq.
2. Memompa semangat keilmuan dan karya. Islam mengajarkan pemeluknya untuk selalu berfikir dan berkarya. Doktrin Islam adalah: ”sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling memberi manfaat bagi orang lain”
3. Membangun karakter/pribadi yang saleh : selalu menegakkan nilai-nilai dan praktek ibadah. Pendidikan agama Islam mendidik dan mendisiplinkan pemeluknya untuk selalu taat beribadah kepada Allah SWT. Dengan perilaku ibadah yang bersih, niscaya akan terbentuk karakter muttaqien, selalu menjauhi perilaku negatif dan destruktif
4. Membangun Sikap Peduli: Islam selalu mengajarkan sikap peduli kepada orang lain, hewan dan lingkungan. Sikap peduli akan melahirkan sikap yang selalu membangun dan memecahkan segala permasalahan sosial.
5. Membentuk pandangan yang visioner, berfikir, bekerja dan bertindak untuk kepentingan masa depan.
Bagaimana menerapkan pendidikan karakter di sekolah?
Menurut Ratna Megawangi, Founder Indonesia Heritage Foundation, ada tiga tahap pembentukan karakter:
J MORAL KNOWING : Memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik
J MORAL FEELING : Membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya.
J MORAL ACTION : Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Moral action ini merupakan outcomedari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior
Dengan tiga tahapan ini, proses pembentukan karakter akan jauh dari kesan dan praktik doktrinasi yang menekan, justru sebaliknya, siswa akan mencintai berbuat baik karena dorongan internal dari dalam dirinya sendiri.
Masih menurut Indonesia Heritage Foundation, ada 9 pilar karakter yang harus ditumbuhkan dalam diri anak:
1. Cinta Allah, dg segenap ciptaanNya
2. Kemandirian ,tanggung jawab
3. Kejujuran, bijaksana
4. Hormat, santun
5. Dermawan, suka menolong, gotong royong
6. Percaya diri, kreatif, bekerja keras
7. Kepemimpinan, keadilan
8. Baik hati, rendah hati
9. Toleransi, Kedamaian, kesatuan
Tips untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah
Berikut adalah tips untuk sukses menerapkan pendidikan berbasis karakter di sekolah:
 Memiliki nilai-nilai yang dianut dan disampaikan kepada seluruh stake holder sekolah melalui berbagai media : buku panduan untuk orang tua (dan siswa), news untuk orang tua, pelatihan.
 Staf pengajar dan administrasi termasuk tenaga kebersihan dan keamanan mendiskusikan nilai-nilai yang dianut, Nilai-nilai ini merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang diyakini sekolah.
 Siswa dan guru mengembangkan nilai-nilai yang dianut di kelas masing-masing.
 Memberikan dilema-dilema dalam mengajarkan suatu nilai, misalnya tentang kejujuran.
 Pembiasaan penerapan nilai di setiap kesempatan
 Mendiskusikan masalah yang terjadi apabila ada pelanggaran
 Mendiskusikan masalah dengan orang tua apabila masalah dengan anak adalah masalah besar atau masalahnya tidak selesai
Dari semua komponen sekolah, yang paling berperan mensukseskan program pendidikan berbasis karakter di sekolah, adalah GURU. Tentunya diperlukan GURU BERKARAKTER untuk menghasilkan SISWA BERKARAKTER. Meski diperlukan kesabaran dan ketekunan, menghasilkan anak didik yang berakhlak dan berkarakter baik tentunya sangat membahagiakan, karena menjadi penyebab seseorang mendapatkan kebaikan itu lebih baik dari dunia dan seisinya!
Shintawati
Staf dept mutu JSIT Indonesia

Pengikut